Jumat, 21 Oktober 2016

Keistimewaan Di Balik Kelembutan Wanita


Dalam banyak kasus wanita dijadikan orang kedua (second hand), bahkan perandan penghormatannya acapkali juga dinomorduakan daripada peran pria.

Padahal menurut Nabi seperti dalam haditsnya banyak keistimewaan-keistimewaan yang ada dalam diri perempuan di antaranya :

  1.      Doa wanita itu lebih makbul daripada lelaki 
         karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. 
               Ketika ditanya kepada Rasullulah SAW akan hal tersebut, jawab baginda, “ Ibu lebih 
               penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia,”

2      2.    Wanita yang solehah itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh

        3.    Surga di bawah telapak kaki ibu

        4.     Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau 
              dua anak perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan 
              mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab maka
              baginya adalah surga

       5.    Apabila memanggil akan dirimu dua orang ibu dan bapakmu, maka jawablah panggilan 
              ibumu terlebih dahulu.

       6.     Daripada Aisyah R.A,
             ”Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya 
              lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang 
              baginya daripada api neraka.

       7.   Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan 
             terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana-manapun pintu yang dia kehendaki 
             dengan tidak dihisab.

       8.   Wanita yang taat pada suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, 
             malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat
             kepada suaminya serta menjaga solat dan puasanya.

       9.   Aisyah R.A berkata, " Aku bertanya kepada Rasullullah SAW "Suaminya" Siapa pula
             berhak terhadap lelaki ? Jawab Rasullullah SAW, " Ibunya,"

     10.    Perempuan bila sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara 
             kehormatannya serta setia kepada suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana
             saja yang dikehendaki

     11.   Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT 
             memasukkan dia ke dalam surge terlebih dahulu daripada suaminya (10.000 tahun)

     12.   Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristigfarlah 
             para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 
            1000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.

     13   Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan 
            daripada susunya diberi satu kebajikan.
.

                           



    .
     
8    
       

       


Menjauhi Debat Kusir




“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar syurga bagi orang yang meninggalkan mira’ (debat kusir) meskipun dia berada dalam pihak yang benar,” ( Abu Daud )

Termasuk sifat seorang mukmin adalah menjauhi debat kusir, debat kusir adalah debat yang tidak lagi bertujuan untuk mencari titik temu, dimana salah satu atau kedua belah pihak yang berdebat sudah mempunyai tujuan menjatukan dan menghinakan lawan debatnya.
Kecintaan kita kepada agama jika tidak dilandasi dengan pemahaman yang benar, kadang menimbulkan debat kusir bahkan fanatisme (ashobiyah). Tanpa disadari sangat mungkin tujuan jadi menyimpang, dari mencari kebenaran menjadi mencari kemenangan dan berbangga diri terutama jika pendapatnya dapat mengalahkan lawan bicaranya. Salah seorang ulama berkata : “ Jauhilah oleh kalian pertengkaran dalam agama, karena ia mengacaukan hati dan mewariskan kemunafikan,”( Syu’bah : 8 . 249).

Seringkali kita menjumpai situasi ketika sedang berincang, berdialog, rapat atau berdebat dengan lawan bicara kita, akhirnya berujung pada perdebatan yang tidak menemukan solusi dan kesimpulan. Hal ini tidaklah aneh, walupun topic dan tujuannya berdebat adalah sama, yaitu ingin dianggap benar dan tak ingin disalahkan.

Jika dalam sebuah diskusi lawan debat kita terlihat tidak mau menanggapi bukti atau hujjah yang kita sampaikan, tetapi justru ia mengalihkan debat ke tema yang lain atau tema yg tidak jelas kemana-mana, maka hendaklah seorang yang berakal sehat menghentikan debat itu dan meninggalnya, sebab debat itu seperti itu tidak akan menghasilkan manfaat apa-apa kecuali kemarahan dan permusuhan.
Ibnu Taimiyah menggambarkan bagaimana para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang sholeh setelah mereka, bila berbeda pendapat dalam satu urusan maka mereka mengikuti perintah Allah SWT :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ  فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ  ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا  ﴿النساء:٥٩﴾


Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS 4 : 59)

Mereka melakukan debat dalam bentuk dialog, musyawarah, dan saling member nasihat secara tulus dalam berbagai masalah. Dan yang diberi nasehatpun tahu adab-adab menerima nasihat sehingga tidak buru-buru membantah dan terjadi debat kusir. Terkadang mereka berbeda pendapat dalam satu masalah, baik teori maupun praktek, namun mereka tetap bersatu, saling menjaga dan memelihara persaudaraan Islam.

Sabar adalah Kunci Keberhasilan Usaha



Sering ketika kita mendapati kegagalan dan atau karena penantian yang panjang terhadap apa yang kita harapkan, menjadikan kita merasa kita putus asa dan akhirnya makin lama makin luntur dari konsistensi berdoa. Yang biasanya ketika di awal-awal harapan, kita berdoa terus-menerus dan di banyak waktu dan tempat , namun ketika doa tersebut tidak kunjung berhasil makin lama irama doa kita menjadi makin kendor dan akhirnya jarang bahkan tidak berdoa lagi.

Perilaku seperti ini mencerminkan ketidaksabaran atau ketergesa-gesaan itu justru berakibat pada tertundanya doa.
“Doa salah seorang di antara kalian pasti dikabulkan selama tidak terburu-buru (agar doanya segera dikabulkan) hingga ia berkata,”AKu telah berdoa kepada Tuhanku, tetapi doaku tidak dikabulkan,” ( Bukhari ).

Maka jika apa yang kita harapkan yang tertuang dalam doa-doa kita belum terkabul, janganlah tergesa-gesa sehingga membuat putus asa dan memperlemah doa kita. Ketahuilah, meski doa kita belum dikabulkan, karena boleh jadi belum layak atau merugikan kita, tetalah Allah mengabulkannya dalam bentuk yang lain, yaitu menghilangkan keburukan-keburukan kita, bukankah hilangnya keburukan-keburukan merupakan keutamaan yang besar ?

“Tidaklah seorang Muslim yang di muka bumi ini berdoa kepada Allah dengan suatu doa kecuali Dia pasti mengabulkannya, atau menghilangkan keburukan darinya selama ia tidak berdoa untuk keburukan atau memutus silaturahim,” Seseorang berkata : “ Bagaimana jika kita memperbanyak doa?” Rasullulah SAW bersabda : “ Allah akan lebih banyak lagi mengabulkan doanya atau menghilangkan keburukan darinya,” (Tirmizi).

Demikian pula berusaha untuk meraih apa yang didoakan juga membutuhkan kesabaran. Kesabaran dalam hal ini adalah kesabaran untuk terus berusaha, meskipun belum tercapai apa yang diinginkan tidaklah menyurutkan untuk berusaha mendapatkannya. Bahkan boleh jadi memperkeras upaya untuk meraihnya.

Seringkali kita mendapat banyak orang mulai lelah untuk berusaha setelah mendapati kenyataan yang belum kunjung berhasil. Dari yang tadinya upaya maksimal karena tak kunjung berhasil menjadi mengendur sehingga upayanya tinggal ala kadarnya, atau bahkan tidak ada upaya lagi. Bahkan kadang merasa cukup telah berusaha dan mengkambing hitamkan takdir dengan menyangka bahwa Allah memang tidak mengabulkan, ini keliru.

Bahkan, seorang muslim itu harus terus menerus berusaha semaksimal diri yang mampu diusahakannya. Dan jika tidak kunjung berhasil ia bisa mengevaluasi diri mana yang harus ditambah dan mana yang perlu diperbaiki. Bahkan jika perlu ia akan berusaha untuk mencari kemungkinan dan alternative lain agar performa upayanya menjadi lebih baik. Dan dengan performa upaya yang makin baik serta didukung oleh doa yang terus menerus, Insya Allah akan dikabulkan, karena menjaga ketiganya yaitu : doa, upaya dan sabar adalah cirri orang tawakal. Dan Allah akan mengabulkan orang yang tawakal dari sisi yang bahkan ia tidak menyangkanya.

“ ................Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.65 : 2-3).

“ Mari Kita Berdoa Menurut Kepercayaan Agama Kita Masing-masing”

Ucapan yang sudah sangat familiar di telinga semua orang, ajakan berdoa bersama yang biasanya sering terlontar ketika menghadiri sebuah acara dimana konteks acaranya untuk “umum” biasanya ketika memasuki sesi acara berdoa, kalimat tersebut di atas sering diucapkan mengajak untuk berdoa.
Lalu ada apa dengan kalimat itu ? Secara sepintas sepertinya tidak ada yang salah dari kalimat itu, padahal kalau dicermati bisa berdampak sistematik terhadap aqidah seseorang. Mungkin ada yang bertanya-tanya, 
lho memang kenapa?

Seorang Muslim jika mengucapkan kalimat di atas, secara tidak sadar telah menganggap bahwa tuhan orang-orang kafir dan keyakinan mereka itu ada dan benar , dan lebih parahnya lagi secara tidak sadar seseorang yang mengucapkan hal ini beranggapan bahwa tuhan mereka juga sama dengan tuhan orang Islam yang mampu mengabulkan suatu doa.

Sedangkan di dalam Al-Qur’an diterangkan agama yang benar hanyalah Islam
Allah SWT Berfirman :

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّهِ فَإِنَّ اللّهِ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٩﴾

Artinya :
 “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Al Imran : 19)

Berikut contoh untuk lebih memperjelas mengenai hal itu. Seorang guru memerintahkan anak-anak muridnya sekelas untuk meminta  uang kepada orang tuanya hanya untuk keperluan sebuah acara atau untuk keperluan lain.

Kenapa guru memerintahkan semua anak-anak muridnya untuk meminta uang pada orang tuanya masing-masing, itu karena sang guru berfikir bahwa anak-anak mempunyai orang tua, dengan kata lain orag tua mereka ada! Oleh karena itu dia memerintahkan mereka untuk meminta pada orang tuanya masing-masing.

Sama dengan ucapan selamat hari  raya

Ucapan di atas sejatinya sama dengan ucapan selamat hari raya. Dan jika seseorang mengucapkannya untuk orang yang beda agama, bisa berakibat fatal untuk akidahnya. Para ulama sudah membahas masalah itu panjang lebar dan MUI juga sudah mengeluarkan fatwa harammya perihal itu.

Solusinya Apa ?

Jangan pernah berpikir tidak enak atau takut menyinggung jika taruhannya adalah akidah seorang muslim, semua masalah pasti ada solusinya dengan tetap menjaga kerukunan beragama dan tidak pula menelantarkan akidah seseorang.
Jika seorang muslim diminta untuk memimpin doa, alangkah baiknya dia berkata , “ mari kita berdoa kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa” lalu langsung membaca doa tanpa ada embel-embel kata-kata lain.

Lain dulu lain sekarang

Dahulu umat Islam begitu bangga dengan Islamnya, mereka tidak pernah keluar rumah melainkan memakai atribut yang menunjukkan bahwa mereka muslim. Mereka bangga denga Islam yang mereka sandang, mereka ingin dilihat bahwa mereka seorang muslim. OLeh sebab itu Allah meninggkan derajat mereka di atas pemeluk agama lain.

Tahukah anda bahwa dahulu jika seorang muslim melewati perkampungan orang kafir, semua orang kafir memberikan hormat untuknya. Kenapa bisa begitu ? Karena ia bangga dengan Islamnya, sehingga Allah menjadikan hati-hati orang kafir takut dan merasa rendah di hadapan seorang muslim.
Lalu perhatikan denga umat Islam sekarang, dengan bangganya mereka mengenakan atribut-atribut symbol orang-orang kafir, mereka bangga dengan hal itu dan senang jika dia disebut mirip dengan orang kafir.

Tidak takutkah bahwa kelak mereka di akhirat dikumpulkan dengan orang-orang kafir ? Lupakah mereka akan sabda Nabi SAW?
“seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya,” (HR. Bukhari)
Lalu siapakah yang kita cintai ???

Al-Qur'an Sama Dengan Obat



Terkadang sseorang berfikir bahwa obat itu hanya bisa di dapat dari hal-hal yang bersifat materi, entah itu obat-obatan yang berjenis kapsul, tablet atau suntik atau bahkan ramu-ramuan herbal. Tapi apakah berfikir olehnya bahwa   di luar sana ada jenis pengobatan  yang hanya mendengar suara tertentu berefek pada kesembuhan penyakit yang dideritanya? Dalam arti kata bahwa ada suar-suara yang bisa berfungsi sebagai obat.

Allah berfirman


وننَزِّلُ مِنَ القرآنِ مَا هُوَ شفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ، وَلاَ يَزيْدُ الظالِمِيْنَ إلاَّ خَسار                  ا

“ Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian,” ( Al-Isra : 82).

Ternyata, sudah ada penelitian sebagai tindak lanjut dari ayat di atas oleh Dr. Al- Qadhi, dokter spesialis ahli jiwa, di banyak pasiennya sampai pada kesimpulan, bahwa bacaan Al-Qur’an bisa menyembuhkan segala penyakit.

Dr. Al-Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologos yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi obyek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Al -Qur’an berpengaruh besar hingga 97 % dalam melahirkan ketenagan jiwa dan penyembuh penyakit.
Penelitian Dr Al-Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97 % bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan merekapun tidak diberitahu bahwa yang akandiperdengarkannya adalah Al-Qur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi 2 sesiyakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan samapai 65 %, ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35 % ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar KOnseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Mu’jizat Yang Masih Bisa Terlihat Walau Sudah 1400 Tahun Lebih

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur’an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Sungguh mu’jizat yang sangat luar biasa, dia sanggup meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang. Bacaan Al-Qur’an lebih dari itu, dapat meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ).

Maha Besar Allah dengan segala firman-Nya,

“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (QS. 7: 24).

Oleh karena itu sudah diketahui oleh umum bahwasanya ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruhkepada dis-fungsi organ tubuh yang dimungkinkan terjadi karena produksi zat kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot.

Oleh karena itu pada keadan ini pengaruh Al-Qur’an terhadap ketegangan saraf akan menyebabkanseluruh badannya segar kembali, dimana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau serbagai penyakit atau mengobatinya. Dan hal ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak

Rabu, 19 Oktober 2016

Jin Pencuri Berita Dari Langit



     وَأَنَّاكُنَّنَقْعُدُمِنْهَامَقَاعِدَلِلسَّمْعِفَمَنيَسْتَمِعِالْآنَيَجِدْلَهُشِهَابًارَّصَدًا

Artinya :
" Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya), tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)," (QS. Al-Jin:9)

Banyaknya fenomena mendatangi dukun / paranormal untuk berbagai keperluan seperti tujuan ingin kekayaan secara instant, ingin mendapatkan kesaktian, mengobati penyakit ataupun berbagai alasan lainnya sering kita jumpai di sekeliling kita, mereka mempertaruhkannya pada seorang dukun yang mereka anggap bisa mengetahui sesuatu hal yang akan terjadi di masa mendatang. Segala hajatpun tak sedikit yang selalu bersinggungan dengan praktik perdukunan, seperti judi, pengasihan, perjodohan, ramalan bintang ( astrologi), kekayaan, dll.

Jin Buta ghaib

Dalam hal ini Ibnu Katsir menjelaskan dengan mengawali penjelasan ayat ke-8 surat Jin, bahwa Allah SWT mengabarkan tentang jin tatkala Dia mengutus Rasul-Nya SAW dan menurunkan Al-Qur’an Kepadanya. Diantara bentuk pemeliharaan terhadap Al-Qur’an adalah bahwasanya di langit itu dipenuhi dengan penjaga-penjaga bengis yang menjaga dari segala penjuru dan akan mengusir syaitan dari tempat-tempat duduknya sebelum itu agar mereka tidak menguping sedikitpun dari Al-Qur’an, yang kemudian akan disampaikan melalui lidah para dukun sehingga terjadi kerancuan dan pencampuradukan, sehingga tidak diketahui siapa yang benar. Dan hal ini merupakan bentuk kelembutan Allah SWT terhadap makhluk-Nya, rahmat bagi hamba-Nya, sekaligus penjagaan bagi kitab yang mulia.

Oleh karena itu Jin berkata seperti di  Surat al-Jin : 9 bahwa Jin tidak mengetahui apa yang telah terjadi di langit, dan juga tidak mengetahui apakah keburukan yang terjadi pada penduduk bumi ataukah Rabb mereka menghendaki petunjuk bagi mereka. Dan demikian itu termasuk salah satu etika mereka dalam mengungkapkan isi hati, dimana nereka menyandarkan keburukan selain pelaku kebaikan dan menisbatkan kepada Allah SWT.

Dukun menurut Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan dalam kitab Aqidatut Tauhid, adalah seseorang yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib.. Seperti, dirinya mengaku menegtahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di muka bumi ini. Mengaku mengetahui pula tempat barang-barang yang raib.  Ini semua bisa dilakukan lantaran sang dukun meminta bantuan para setan yang mencuri dengar (menyadap) berita dari langit seperti apa yang telah disebutkan dalam ayat di atas.

Jin Kadang berhasil kadang gagal



Sepertinya halnya dalam peristiwa di awal, bahwa perkataan dukun yang telah bekerjasama dengan jin benar terjadi pada masa setelahnya. Namun benarkah demikian bahwa jin mengetahui betul tentang ghaib, dan hal yang belum terjadi ? dalam Hadits Abu Hurairah berikut diterangkan lebih rinci tentang firman Allah pada surat Jin di atas, SAW bersabda :


“ Apabila Allah menetapkan sesuatu ketetapan di langit maka para malaikat mengepakkan sayap mereka karena tunduk terhadap firman-Nya, seperti layaknya suara rantai yang digesek di atas batu. Setelah rasa takut itu dicabut dari hati para malaikat, mereka bertanya-tanya : “ Apa yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian ?” Malaikat yang mendengar menjawab ,” Dia  berfirman yang benar. Dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar,” Bisikan malaikat ini didengar oleh jin pencuri berita. Pencuri berita modusnya dengan ‘pundi-pundian’ (jin yang di bawah menjadi penopang bagi jin yang di atasnya, bertingkat terus ke atas ). Jin yang paling atas mendengar ucapan malaikat, kemudian disampaikan ke jin bawahnya, dan seterusnya hingga jin yang paling bawah menyampaikannya kepada tukang sihir atau dukun. Terkadang mereka mendapat panah api sebelum dia menyampaikan kepada dukun, dan terkadang berhasil disampaikan sebelum terkena panah api. Kemudian dicampur dengan 100 kedustaan (sehingga ada 1 yang benar). Orang mengatakan, bukankah pak dukun telah mengatakan demikian dan dia benar ? Akhirnya sang dukun dibenarkan dengan satu kalimat yang benar yang dicuri dari langit,” (HR. Bukhari 4800)



Maka jelas bahwa apa yang disamapaikan oleh dukun bahwa ia bisa mengetahui perkara yang ghaib karena mereka telah bekerjasama dengan jin. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan,” Sesungguhnya hanya Allah SWT saja yang mengetahui perkara ghaib, maka barang siapa mengaku menegtahui perkara ghaib maka ia telah menjadi sekutu bagi Allah, baik berupa perdukunan, ramalan, dan sejenisnya. Atau barang siapa yang membenarkan perkataan tersebut maka ia telah menjadikan sekutu bagi Allah dalam kekhususan-Nya, dan ia telah mendustakan Allah dan Rasul-Nya.

GHIBAH


Ghibah adalah menceritakan aib orang lain, dimana orang yang dibicarakan itu tidak ada di saat pembicaraan. 

Perbuatan ghibah ini  jelas dilarang Islam sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah :






يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang." – (QS.49:12)

Ghibah dibolehkan ?

Ghibah menurut  hokum dasarnya jelas  diharamkan. Namun ada model ghibah tersendiri yang dibolehkan jika ada tujuan syar’I , yaitu jika memenuhi salah satu dari enam keadaan, sebagaimana dijelaskan oleh Imam  Abu Zakariya An-Nawawi ( Imam Nawawi ) berikut :


1.    Mengadukan tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang 
      berwenang.  Misalnya mengatakan,” Si Fulan telah menzalimiku,”

2.  Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar, dan untuk membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali ke jalan yang benar. Misalnya, meminta pada orang yang berkuasa menghilangkan suatu kemungkaran. Contoh : “Si Rahmat telah melakukan tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar terlepas dari tindakannya itu.

3.   Meminta fatwa kepada seorang mufti, misalnya seseorang bertanya kepada mufti : “ Si Fulan telah menzalimiku demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan ?

4.   Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan, seperti mengungkap buruknya hafalan seorang perawi hadits.

5.  Membicarakan orang yang jelas-jelas berbuat kesyirikan, kemaksiatan, atau kefasikan terhadap kesyirikan, kemaksiatan, atau kefasikakn yang ia lakukan, bukan pasa masalah lainnya.

6.   Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah lazim dengannya, seperti menyebut Fulan yang buta dengan “ Si Buta”. Namun jika ada ucapan yang bagus , itu lebih baik (Syarh Shahih Muslim , 16: 124-125)

Kebolehan model ghibah di atas juga terkait dengan hadits shahih berikut : “ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Barang siapa diantara kamu yang melihat kemungkaran, hendaklah ia merubah / mencegah dengan tangannya (kekuasaan). Jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (secara lisan). Dan jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman,” (HR. Muslim)

Hadits di atas memberikan perintah wajibnya beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Karena dengan hal itulah kondisi umat manusia dan masyarakat suatu negeri akan menjadi baik. Melarang kemungkaran itu memiliki beberapa sesuai dengan kemampuan masing-masing. Maka barag siapa yang sanggup melakukan salah satunya, maka wajib bagi dirinya untuk menempuh cara itu.

Ketika Qonaah Hilang

Sering didapati, orang-orang yang telah Allah anugerahi sebuah kenikmatan, tidak bersyukur dengannya dan mengharapkan sesuatu yang lain. Akan tetapi jika sesuatu yang lain itu sudah dianugerahkan, bukannya disyukuri malah diacuhkan dan berharap yang lain. Sebagai contoh banyak orang yang tinggal di gunung merindukan pantai. Yang tinggal di pantai merindukan gunung. Di musim kemarau merindukan hujan dan sebaliknya, yang rambut pirang mengagumi yang berambut hitam dan sebaliknya, dan masih banyak lagi

Memang sulit menjadi bahagia sebab segala sesuatu tampak indah hanya sebelum dimiliki. Namun setelah dimiliki keindahan itu pudar. Begitulah tabiat manusia, tidak pernah mau mensyukuri yang ada, dan selalu mengejar yang belum dicapai.

Kebahagiaan tidak akan pernah didapat kalau hanya selalu memikirkan apa yang belum ada, namun mengabaikan apa yang sudah dimiliki tanpa rasa syukur. Seyogyanya rasa syukur mejadi pribadi seorang muslim yang senantiasa bersyukur dengan berkah yang sudah dimiliki.

Jangan Seperti Bani Israil
Bani Israil adalah suatu bangsa yang Allah anugerahkan kepada mereka kenikmatan yang sangat banyak, mereka diberkahi dengan banyaknya Nabi yang Allah utus dari keturunan mereka, tetapi balasan apakah yang mereka berikan ?
Mereka justru membunuh Nabi-Nabi mereka sendiri. Mereka adalah suatu bangsa yang tidak tahu terimakasih. Hal itu tergambar jelas di surat Al-Baqarah, bagaimana Allah member mereka makanan yang turun dari langit. Anugerah ini belum pernah Allah berikan kepada umat sebelumnya dan sesudahnya. Anugerah yang sungguh sangat luar biasa, memakan makanan yang turun dari langit ? itu impian semua umat manusia. Lalu apa mereka bersyukur dengan itu ? Ternyata tidak, mereka mau sesuatu yang lain, mereka memprotes Nabi mereka (Musa AS) tidak puas kalau hanya dengan itu saja.

Adzab Akibat Mengingkari Nikmat Allah
Allah mengutuk mereka menjadi kera sebagaiman firman Allah SWT :
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

Artinya :

Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai apakah mereka benar-benar menjadi kera atau berperilaku seperti kera. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa perilakunya saja yang menjadi seperti kera. Akan tetapi ulama yang lain berpendapat bahwa mereka memang benar-benar menjadi kera . (Ibnu Kasir)
Mereka tidak mendurhakai Allah dengan keduharkaan yang nyata melainkan bermula dari hal yang sepele, yaitu tidak mensyukuri anugerah yang Allah berikan.

Mulai dari sekarang

Berhenti mengejar-ngejar untuk sejenak saja, dan mulailah merenungi apa yang sudah digapai, lalu bandingkan dengan tahun-tahun yang telah lalu. Maka seseorang akan mendapati, betapa agung anugerah yang Allah berikan kepadanya.

“Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa,” (HR. Al-Bukhari & Muslim)


Sangat jelas tergambar dalam hadits di atas bahwa seseorang sangat dianjurkan untuk bekerja keras dalam menggapai tujuan yang dia kehendaki. Danmensyukuri atas hasil yang dia capai, walaupun mungkin tidak sebesar yang dia harapkan.

Selasa, 18 Oktober 2016

Rahasia Sunnah : Sumber Penyakit


Makan adalah salah satu kenikmatan yang Allah berikan kepada hambaNya, Allah menghalalkan semua makanan yang ada di bumi kecuali sedikit yang Allah haramkan. Banyak orang-orang melampiaskan nafsu makannya dengan memakan semua makanan yang dia berselera terhadapnya, mereka menyantapnya tanpa peduli apakah yang dia santap baik untuk tubuhnya atau malah justru sebaliknya. Padahal Allah sudah mewanti-wanti agar hambaNya selalu memilih makanan yang tidak hanya halal tapi juga baik, 


Rasullulah bersabda :

“ Sumber dari segala penyakit adalah perut, perut adalah gudang penyakit dan berpuasa itu obat ,” (HR. Muslim)

Hadits di atas jelas-jelas sebagai sebuah peringatan akan bahaya jika seseorang tidak menjaga asupan yang dia makan, baik dari sisi jumlah maupun jenis.
Asupan yang tidak sehat akan menyebabkan lambung yang tidak sehat pula, dan saat lambung dan pencernaan tidak sehat pula, dan saat lambung dan pencernaan tidak sehat, maka bersiap-siaplah menerima tamu yang tidak diundang dari segala arah, yaitu berupa penyakit yang beraneka ragam.

Awal mula Penyakit Berdatangan


Dengan pencernaan yang kurang sehat akan berlanjut pada kesulitan mengeluarkan tinja dari perut dan akibatnya akan menjadikan tinja berdiam lebih lama di dalam usus besar, dan ini akan mengakibatkan timbulnya racun yang menyebabkan mutasi genetis sel-sel di area tersebut dan menimbulkan polip. Polip-polip tersebut tumbuh dan berkembang yang akhirnya menjadi berbagai penyakit, dan kondisi usus yang tidak sehat berdampak pada timbulnya kanker, tumor, hipertensi, pengerasan pembuluh darah, obesitas, penyakit jantung, diabetes, kanker payudara, prostat dan berbagai macam penyakit lainnya.

Jual Beli On Line Sistem Dropship? Halalkah menurut pandangam Islam?


Sistem Dropship adalah jual beli dimana sebagai reseller hanya melihat barang dari gambar saja. Tapi di sini sudah bekerjasama dengan si pemilik barang ingin ikut menjualkan barangnya dengan mengambil untung sendiri

Secara singkat, ada 2 prinsip yang terpenuhi dalam akad jual beli :

Pertama : Kejujuran
Mengharapkan sebuah keuntungan dari jual beli bukan berarti menghalalkan dusta. Rasulullah SAW bersabda: “Kedua orang yang terlibat transaksi jual beli, selama belum berpisah, memiliki hak pilih untuk membatalkan atau meneruskan akadnya. Bila keduanya berlaku jujur dan transparan, maka akad jual beli mereka diberkahi. Namun bila mereka berlaku dusta dan saling menutupnutupi, niscaya keberkahan penjualannya dihapuskan,” ( Muttafaqun’alaih)

Kedua : Larangan menjual yang bukan hak milik

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Allah SWT berfirman yang artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,” (QS: An-Nisa : 29)

Sabda Nabi SAW : “ Tidak halal harta orang Muslim, kecuali atas dasar kerelaan jiwa darinya,” ( HR. Ahmad, dan lainnya).

Dua syarat ini harus terpenuhi, dan tidak boleh tidak, oleh karena itu jual beli dengan system dropship itu tidak memenuhi 2 persyaratan di atas, karena tidak jujur kalau pelaku usaha ini ternyata bukan pemilik barang, andai konsumen tahu bahwa dia bukan pemilik barang, maka besar kemungkinan dia tidak jadi beli dan memilih untuk mencari produk yang tidak ada perantara, dengan demikian dia tidak harus membayar lebih. Kedua, pelku usaha ini juga tidak memenuhi syarat kedua karena dia menjual barang yang bukan miliknya.

Agar menjadi halal
Berikut ada beberapa langkah yang bisa dipilih agar menjadi halal :

Pertama : Sebelum menjalankan system ini, terlebih dahulu pelaku usaha menjalin kesepakatan kerjasama dengan pemilik barang. Kerjasama ini menjadikan sesorang sebagai agen yang mana berhak menjualkan barang dagangan si pemilik barang., dengan demikian dia berhak mendapatkan fee alias upah yang nominalnya telah disepakati bersama. Ini dalam istilah fiqih disebut akad ju’alah (jual jasa). Dengan demikian , pelaku usaha ini tidak berhak membuat harga sendiri.

Kedua : Pelaku usaha ini mengadakan kesepakatan dengan calon konsumen, atas jasanya dalam pengadaan barang, dengan meminta jasa atas usahanya mendapatkan barang yang dipesan, atau dalam istilah dagangnya calo mensyaratkan imbalan dalam nominal tertentu. Dengan demikian, model usaha ini disebut jual beli jasa, atau semacam biro jasa pengadaan barang.


Ketiga : Atau bisa juga menggunakan skema akad salam. Yaitu si pelaku usaha ini berkewajiban menyebutkan berbagai criteria barang kepada calon konsumen, baik dilengkapi dengan gambar barang atau tidak. Setelah ada calon konsumen yang berminat terhadap barang yang ditawarkan dengan  harga yang disepakati, kemudian calon pembeli member uang, barulah si pelaku usaha mengadakan barang, tentu saja tanpa diisyaratkan harus dikirim oleh pelaku usaha, yang penting sampai sesuai kesepakatan. Model salam barangkali yang paling mendekati system dropship.

Haji Itu Ibadah


Sebagai rukun Islam yang terakhir, ibadah haji merupakan sebuah ibadah dari berbagai macam ibadah yang Allah SWT wajibkan. Allah jadikan ibadah ini sebagai salah satu dari lima rukun yang dengannya akan tegak agama Islam ini, dan ibadah haji juga merupakan sebuah ibadah yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya sebagaimana dalam hadits yang shahih:

            “Islam dibangun di atas lima rukun : (1) Persaksian bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah dan persaksian bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah; (2) Mendirikan Shalat; (3) Menunaikan Zakat. (4) Berpuasa pada bula Ramadhan; (5) Menunaikan ibadah Haji ke Baitulah Al-Haram,” (HR. Bukhari).

            Pada ibadah Haji Rasulullah SAW beserta para sahabatnya di tahun ke 10 hijriyah, beliau menjelaskan kepada umatnya tentang tata cara pelaksanaan ibadah ini. Dalam momen itu sekaligus beliau juga memberikan dorongan kepada umatnya untuk memperhatikan setiap yang diucapkan dan diamalkan oleh beliau dalam pelaksanaan ibadah tersebut, agar menjadi pegangan umat Islam dalam menjalankan amalan. Beliau bersabda : “ Ambillah oleh kalian dariku (meniru tata cara manasik kalian, karena barangkali aku tidak bisa lagi bertemu dengan kalian setelah tahun ini,” (HR Muslim).


Ibadah sesuai syari’at.
            Dalam menjalankan ibadah haji umat muslim terkadang tidak mengerti betul apa-apa yang harus dan tidak dilakukan, khususnya bagi calon jama’ah haji asal Indonesia justru banyak yang melakukan ritual yang tidak berdasar pada syari’at seperti yang Rasulullah SAW contohkan pada hadits di atas.
            Berikut adalah di antara kebiasaan-kebiasaan ritual calon jama’ah haji yang tidak sesuai dengan tuntunan syari’at :
1.      Mengadakan pesta (selamatan) sebelum berangkat haji dengan bacaan doa-doa ataupun shalawat, yang terkadang diiringi dengan pentas music.
2.      Melantunkan adzan sebelum berangkat
3.      Mengharuskan ziarah kubur sanak family dan orang-orang shalih
4.      Keyakinan masyarakat bahwa calon jama’ah haji diiringi malaikat sepekan sebelum keberangkatannya, sehingga merekapun berdatangan kepadanya untuk meminta doa
5.      Berhaji dalam rangka ziarah ke kubur Nabi


Pamit Suka , Bukan Duka

            Ada juga ritual yang dilakukan calon jama’ah haji yang tidak diajarkan Rasullulah SAW yaitu berpamitan sebelum berangkat haji. Berpamitan dalam arti di sini adalah berpamitan berangkat haji manakala tidak ditakdirkan kembali lagi dengan selamat. Hal ini Nampak rancu, kenapa tema berpamitan itu menjadi berpamitan duka, padahal dalam ibadah haji seharusnya bersuka cita karena bisa diberi kesempatan berangkat haji yang orang lain belum tentu bisa, di sisi lain ibadah haji adalah termasuk amalan yang utama, bukan malah bersedih.

            Rasulullah SAW bersabda, “ Rasullah SAW pernah ditanya : “pernah ditanya : “ Amalan apakah yang paling utama ?” Beliau menjawab : “ Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,” Ditanyakan kembali kepada beliau” Kemudian apa lagi ? Beliau menjawab : “ Berjihad di jalan Allah,” dan ditanyakan kembali kepada beliau : “ Kemudian apa lagi ?” Beliau menjawab : “Haji yang mabrur,”(HR. Muslim).

Menyantuni Anak Yatim




Islam menganjurkan umatnya utnuk memiliki jiwa sosial yang tinggi sebagai cerminan dari akhlaqul karimah. Salah satu dari akhlak yang mulia ini adalah menyantuni anak yatim. Dari sisi sosial, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang sari sesama manusia.

Kehilangan seorang ayah bagi anak yatim adalah kondisi dimana ia harus hidup dalam kondisi tanpa sosok ayah sebagai pelindung dan pemenuh kebutuhan sehari-hari.

Anak yatim sangat membutuhkan pertolongan dan kasih sayang , karena ia tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada. Oleh karena itu, menyantuni dan menyayangi mereka adalah perbuatan yang sangat mulia, hingga Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam menjanjikan surga bagi oarang-orang yang mengasuh dan menyantuni mereka. Tidak hanya itu , Nabi juga  memberikan keistimewaan dan derajat tinggi bagi orang-orang ini, sebagaimana sabda Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam berikut :

" Aku dan orang-orang yang mengasuh / menyantuni anak yatim di surga seperti ini," Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya," (HR. Bukhari)

Imam Ibnu Bathal berkata : " Orang yang mendengar hadits ini wajib melaksanakannya, agar ia bisa menjadi sahabat Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam di surga. Di akhirat, tidak ada kedudukan yang lebih utama daripada itu." Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata : " Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan penyantunan anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dan jari tengah ,"

Untuk menyantuni anak yatim tidak harus bermodal kekayaan yang melimpah. Siap saja yang mengasuh anak yatim, memberinya makan dan minum sehari-hari, maka ia akan memperoleh kedudukan surga tersebut, sebagaiman sabda Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam.

" Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumuya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga," ( HR. Abu Ya'la dan Thabrani, dishahihkan Al-Albany dalam shahih At-Targhib, 2543)

Dalam sebuah riwayat dari Daud'Alaihisalam, ia berkata " : Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang," (HR. Bukhari).

Berkah Besar Menanti

Jika seseorang mengeluh karena kerasnya hati yang tak kunjung lunak, maka menyantuni anak yatim adalah sarana yang dapat mengatasi masalah kerasnya hati. Menyantuni anak yatim merupakan model psikoterapi Islam yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Diriwayatkan oleh Abu Darda', ia berkata :

"Ada seseorang laki laki yang datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengeluhkan hatinya yang keras. Nabipun bertanya : 'Sukakah kamu jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi?, maka kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi" , ( HR. Thabrani, dishahihkan Al-Albaniy dalam shahih At-Targhib, 254).