Rabu, 13 Juni 2018

4 golongan Manusia Dalam Menyambut Ramadhan




Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan sangat mulia dimana sangat ditunggu umat muslim, dikarenakan pada bulan ini kebaikan-kebaikan pahalanya dilipatgandakan, dan banyak lagi keutamaan yang lainnya. Akan tetapi ada 4 sikap umat manusia dalam menyambut bulan ramadhan :



  1. Golongan yang merasa senang dan bahagia ketika datangnya Ramadhan. Mereka mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar bisa melakukan ketaatan secara maksimal nantinya pada bulan Ramadhan. Mereka senang karena mereka tahu bahwa amal-amal ketaatan dan kebaikan yang dilakukan pada bulan itu dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Mereka pun saling berlomba-lomba dalam mengerjakan ketaatan dan saling berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Dan inilah yang dilakukan oleh orang-orang shaleh terdahulu. Ini adalah orang-orang yang beruntung dan mereka tidak akan mendapat kerugian sedikitpun.

     2.  Golongan yang merasa senang dan gembira dengan datangnya Ramadhan, tetapi hanya  untuk kepentingan dunia semata. Mereka merasa senang dan gembira  karena mereka sudah tahu bahwa dengan datangnya bulan Ramadhan merupakan kesempatan untuk meraih keuntungan dalam jual beli yang sebesar-besarnya. Mereka tidak meningkatkan ibadah puasa, shalat, tilawah, sedekah dan lainnya. Sehingga saat Ramadhan pergi maka merekapun menjadi orang yang sanagt merugi karena dosa-dosa mereka tidak diampuni. Sebaimananyang disebutkan Rasulullah SAW :

Amat merugilah seseorang yang mana ketika Ramadhan datang kepadanya kemudian pergi meninggalkannya, akan tetapi dosanya tidak diampuni.” (HR Tirmidzi, Ahmad Baihaqi, Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no 3510)

3. Golongan yang biasa-biasa saja. Tidak merasa senang atapun benci ketika datangnya Ramadhan. Maka golongan ini termasuk golongan yang tidak terpuji. Karena sebagai seorang muslim seharusnya dia merasa senang dan gembira ketika mendengar bahwa Ramadhan akan datang. Sehingga bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya unuk melakukan ketaatan nantinya pada bulan Ramadhan.

     4. Golongan yang tidak suka dengan datangnya ramadhan. Seakan-akan Ramadhan mereka anggap seperti musibah yang menimpa Nabi Ayyub sehingga merekapun bersedih seperti kesedihan Nabi Ayyub ketika kehilangan anaknya. Ini adalah golongan orang-orang yang tercela, karena mereka adalah golongan orang yang tidak suka dengan kebaikan.



Minggu, 06 Agustus 2017

‘Ain



Kita sering melihat di beberapa pedesaan anak-anak kecil yang memakai sejenis kalung yang bertalikan benang dan bandul dari kalung ini terbuat dari kain yang dibuat bungkus berbentuk kotak. Biasanya warna benang dan kain yang menggumpal berbentuk persegi empat yang dijadikan bandulnya ini berwarna putih.

Dan jika kita membuka bandul kalung seperti ini maka kita akan mendapati di dalamnya secarik kertas yang di dalamnya terdapat tulisan huruf-huruf Arab yang entah apa maknanya.
Dan jika kita telusuri lagi maka maksud dipakaikannya anak-anak kecil dengan benda yang seperti kalung dan sering disebut rajah ini adalah berfungsi untuk menangkal penyakit yang sering menimpa anak-anak tanpa kejelasan penyebabnya. Dan setelah kita telusuri lebih dalam maka akan didapati maksud penyakit yang tidak jelas datangnya dari mana itu adalah penyaki ‘Ain. Lalu apa sejatinya penyakit ‘Ain itu?

Makna  ‘Ain
Sebelum kita membahas masalah penyakit ‘Ain, maka kita haruslah  paham makna ‘Ain itu sendiri. KAta ‘Ain berasal dari kata kerja ‘aana ya’iinu yang bermakna apa bila ia menatapnya, atau mengenainya dengan pandangannya. Sedang maksud dari penyakit ‘Ain di sini adalah sebab terkagumnya orang yang memandang terhadap suatu obyek (bisa benda, bisa binatang, bisa manusia, lalu mengikuti pandangan tersebut sebuah racun yang akan mengenai sesuatu yang dipandang (Fatawa Lajnah Daimah jilid satu halaman 271)

Penyakit ‘Ain
Hakekat penyakit ‘ Ain adalah seseorang memandang suatu obyek entah itu benda atau makhluk hidup dengan pandangan takjub atau benci tanpa disertai menyebut asma Allah, maka benda atau makhluk hidup yang terkena pandangan seperti ini, bisa ditimpa sebuah kemalangan, entah jika benda itu motor atau computer maka akan menjadi rusak, atau jika itu anak kecil maka tiba-tiba si anak menjadi sakit yang tanpa sebab yang jelas oleh ilmu kedokteran. Bukti akan adanya penyakit yang disebabkan oleh pandangan ini adlah sabda Nabi Muhammad SAW

Ain itu benar adanya, andaikan  ada sesuatu yang dapat mendahului takdir maka ‘ain akan mendahuluinya, dan apabila kalian diminta untuk mandi maka mandilah.” (HR. Muslim)
Rasullullah juga mengajarkan agar pandangan kita tidak diikuti oleh setan :
Apabila seorang dari kalian melihat sesuatu dari saudaranya, atau melihat diri saudaranya, atau melihat hartanya yang menakjubkan, maka hendaklah ia mendoakan keberkahan untuk saudaranya tersebut, karena sesungguhnya penyakit ‘ain benar-benar ada .” (H.R Ahmad)

Melindungi diri dan keluarga dari npenyakit ‘ Ain
Berikut adalah doa Nabi untuk HAsan dan Husain agar Allah SWT melindungi keduanya dari penyakit ‘Ain :


Aku memperlindungkan kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang maha sempurna dari setan, binatang berbisa dan mata yang dengki (makna yang lain : segala macam bahaya).” (H.R Al- Bukhari)

Minggu, 09 Juli 2017

Syafa’at Nabi




Berbicara mengenai syafaat Nabi Muhammad SAW, tentu tidak lepas dari pembicaraan jenis syafaat apa saja yang kelak akan diberikan Nabi kepada umatnya, dan juga tidak kalah pentingnya bagaimana cara untuk mendapatkan syafaat-syafaat itu? Berikut adalah jenis-jenis syafaat Nabi yang kelak akan didapat oleh umatnya :

1.      Syafaatul ‘Udzhma, saat manusia berdiri di hari kiamat dan mereka sangat membutuhkan untuk segera ditegakkan pengadilan Allah. Nabi Muhammad SAW yang berhak untuk memberikan syafaat ini.
2.      Syafaat Nabi Muhammad SAW untuk kaum yang kebaikan dan keburukannya sama sehingga tidak bisa masuk jannah.
3.      Syafaat Nabi Muhammad SAW untuk kaum yang seharusnya masuk neraka, agar tidak bisa masuk neraka.
4.      Syafaat Nabi Muhammad SAW untuk penduduk Jannah agar dinaikkan derajat / tingkatannya di Jannah.
5.      Syafaat Nabi Muhammad SAW untuk kaum agar masuk surga tanpa hisab tanpa adzab, seperti kepada Ukkasyah bin Mihshon.
6.      Syafaat Nabi Muhammad SAW bagi yang mendapatkan adzab untuk diringankan adzabnya, sebagaimana kepada paman beliau Abu Tholib.
7.      Syafaat Nabi Muhammad SAW agar seluruh kaum muslimin diijinkan masuk surga.
8.      Syafaat untuk pelaku dosa besar yang masuk neraka untuk dikeluarkan dan masuk surga. Syafaat ini juga bisa dilakukan oleh Malaikat, Nabi yang lain, maupun kaum mukminin (orang sholih), (disarikan dari Syarh al-Aqidah atThohaawiyyah karya Ibnu Abil Izz al-Hanafy (halaman 196-201).

Dari sekian banyak jenis syafaat maka bisa dipastikan semua muslim berkehendak mendapatkannya dalam segala keadaannya kelak di akhirat. Jika memang misalnya ia harus mampir ke neraka, maka ia akan berharap semoga sang Nabi memberikan syafaatnya agar ia tidak jadi masuk neraka. Atau apabila ia sudah masuk neraka, maka ia akan berharap syafaat Nabi agar dikeluarkan dari neraka.

Bagaimana cara mendapatkan syafaat Nabi ?

Banyak umat Islam yang melakukan banyak amalan dengan tujuan menggapai syafaat Nabi. Bahkan terkadang amalan-amalan yang ia kerjakan tanpa dalil yang bisa dijadikan sandaran bahwa amalan tersebut mampu mendatangkan syafaat Nabi. Karena urusan syafaat adalah perkara ghaib yang membutuhkan dalil naqli untuk memastikan apakah amalan tersebut memang mendatangkan syafaat Nabi. 

Dan di antara amalan umat ini yang ditujukan untuk mendapatkan syafaat Nabi adalah banyak membaca shalawat atas Nabi terutama di hari Jum’at, menghadiahkan bacaan Al-Fatihah untuknya, melakukan perjalanan ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasulullah atau dengan merayakan hari kelahirannya dan masih banyak lagi. Semua ini dilakukan denga tujuan untuk menggapai syafaat Nabi. Para pengamal amalan ini berharap kelak ia akan beruntung dan bahagia di hari kiamat disebabkan mendapatkan syafaat Nabi.

Dalam masalah ini Rasulullah SAW pernah ditanya

Abu Hurairah mengisahkan bahwa ada seorang bertanya kepada Nabi :” Ya, Rasulullah, Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat ?” Beliau menjawab,………….”orang yang paling bahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Laa ilaahaa ilallaah dengan ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhari No 99).

Ternyata cukup sederhana yaitu tidak usah ribet-ribet melakukan sebuah ritualyang menelan banyak biaya, tenaga dan pikiran yang banyak dilakukan oleh umat Islam dewasa ini. Cukup mengucapkan kalimah thoyibah Laa ilaaha illalloh dengan hati yang ikhlas tanpa dicampur adukkan dengan kesyirikan maka kelak ia adalah orang yang paling bahagia dengan syafaat Nabi.