Bagi
yang suka wisata kuliner lintas daerah dan negri pasti sangat akrab dengan
makanan daging bakar atau yang sering kita sebut dengan steak. Dagingnya yang
empuk memberikan cita rasa yang istimewa bagi penikmat daging.
Secara sederhana, steak adalah daging yang dipotong dari
seekor sapi (ayam atau ikan) yang kemudian dimatangkan dengan secara dibakar di
atas bara, dibakar di atas nyala api, dioven, atau bahkan digoreng. Steak pada
umumnya berasal dari daging sapi, yang dimasak singkat. Pada umumnya disajikan
dengan nasi, kentang, roti atau pasta.
Makanan yang satu ini banyak ditemui di Indonesia. Dari
namanya memang jelas bahwa makanan ini bukan dari Indonesia, tapi karena bukan
berasal dari Indonesia pasti banyak di antara kita yang bingung dengan cara
makan steak yang memasyarakat dan tata cara itu memang berasal dari negri asal
(Eropa) makanan itu.
Berikut caranya :
1. Letakkan pisau di sebelah kanan dan garpu di
sebelah kiri
2. Tahan daging dengan garpu dan potong kecil-kecil
menggunakan pisau.
3. Makan satu persatu dengan garpu setelah memotong
pada saat itu juga.
4. Posisi garpu menghadap ke atas saat memasukkan
daging ke mulut.
Cara makan yang benar
Apabila kita melihat dengan seksama cara makan yang seperti
demikian memang terasa janggal bagi kita warga Indonesia yang memiliki
kebiasaan makan dengan menggunakan tangan kanan, bukan tangan kiri. Ini yang
menjadi salah kaprah bagi masyarakat Indonesia ketika makan daging steak,
mengikuti tata cara orang barat dengan menggunakan tangan kiri. Di rumah makan
steak biasanya hanya tersedia garpu, dan pisau saja. Pisau untuk memotong
daging steak, lalu selanjutnya garpu yang berada di tangan kiri berfungsi untuk
mengambil steak yang sudah dipotong tadi lalu dimasukkan ke dalam mulut kita.
Makan dan minum merupakan aktifitas sehari-hari . Islam
memebrikan tuntunan bahwa kebiasaan harian manusia bisa menjadi ibadah. Hal itu
bisa terjadi tidak lain dan tidak bukan dengan memepersembahkan segalanya hanya
untuk Allah, yaitu niat untuk beribadah kepadanya.
Kita juga mengetahui bahwa satu ibadah tidak akan diterima
Allah kecuali dengan 2 syarat , yaitu ikhlas karena Allah dan mengikuti sunnah
Rasullullah SAW. Dan karena syariat Islam adalah syari’at yang sempurna, maka
hal-hal yang terkait makan dan minum pun telah ada tuntunannya melalui uswah
hasanah kita yaitu Rasullullah SAW.
Beliau bersabda :
“Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia
makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka hendaknya juga minum dengan
tangan kanannya, karena setan makan dengan kirinya dan minum dengan tangan
kirinya pula.” (HR. Muslim)
Artinya makan dengan menggunakan tangan kiri adalah
kebiasaan yang dilakukan oleh makhluk Allah yang dilaknat yaitu setan.
Lantas
bagaimana mungkin seorang muslim mengikuti perbuatannya ?
Hukum Makan Dengan Tangan Kiri
Dalam kitab yang sama disebutkan riwayat lainnya , “Ada
seorang laki-laki makan di samping Rasullullah dengan tanga kirinya. Lalu
Rasullullah bersabda,”Makanlah dengan tangan kananmu!” Dia malah menjawab,” Aku
tidak bisa,” Beliau bersabda,” Benarkah kamu tidak bisa?” Dia menolaknya karena
sombong. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya,” (HR. Muslim)
Dari hadits tersebut telah jelas bagi kita bahwa makan dan
minum dengan tangan kiri hukumnya adalah haram.
Dan untuk kaum muslimin yang
melakukannya maka dia berdosa.
Syaikh Utsaimin dalam kitab syarah Riyadlussholihin
mengatakan :
1 Takabburlah yang menghalanginya menolak perintah
Nabi SAW
2. Takabburlah yang menghalanginya makan dan minum
dengan tangan kanan
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa sombonglah yang
mengeluarkan setan dari surga
Dan setiap kita makan dengan tangan kiri pasti
ada rasa sombong pada diri kita, karena
itu adalah sifat yang diwariskan dari setan.
Inilah sunnah yang sudah banyak dilupakan oleh kaum muslimin
yang merasa malu jika makan dengan tata cara islami. Mereka merasa dikucilkan
dan dibilang ketinggalan zaman.
Bangga jika makan dengan kiri, senang
menghadiri standing party. Jika ini dibiarkan maka perlahan tapi pasti, kaum
muslimin akan meninggalkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu
sudah sepantasnya pendidikan agama dimulai sejak dini, dan hal itu tidak
mungkin dilakukan jika orang tua tidak memiliki ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar